BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sistem adalah suatu zat yang
dapat diisolasikan dari zat – zat lain dalam suatu bejana inert, yang menjadi
pusat perhatian dalam mengamati pengaruh perubahan temperature, tekanan serta
konsentrasi zat tersebut. Sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem,
seperti zat terlarut dan pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya komponen dalam
sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan
komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah diberlakukan
jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi sehingga kita dapat
menghitung banyaknya.
Fasa merupakan keadaan materi
yang seragam di seluruh bagiannya, tidak hanya dalam komposisi kimianya tetapi
juga dalam keadaan fisiknya. Contohnya: dalam sistem terdapat fasa padat, fasa
cair dan fasa gas. Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P. Gas atau
campuran gas adalah fasa tunggal ; Kristal adalah fasa tunggal dan dua cairan
yang dapat bercampur secara total membentuk fasa tunggal. Campuran dua logam
adalah sistem dua fasa (P=2), jika logam – logam itu tidak dapat bercampur,
tetapi merupakan sistem satu fasa (P=1), jika logam-logamnya dapat dicampur.
B.
Tujuan
Percobaan
1. Membuat
Kurva Kelarutan Suatu Cairan yang terdapat
dalam campuran dua cairan tertentu.
2. Mengetahui
jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen.
BAB II
KAJIAN TEORI
Berdasarkan
hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan
keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai :
V = C – P + 2
Dengan V =
jumlah derajat kebebasan, C = jumlah komponen, dan P = jumlah fasa. Dalam
ungkapan di atas, kesetimbangan mempengaruhi suhu, tekanan, dan komposisi
sistem.
Jumlah derajat
kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat
dinyatakan sebagai :
V = 3 – P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka V = 2. Berarti, untuk
menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua
komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan
V = 1; berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan
konsentrasi komponen yang lain sudah tentu berdasarkan diagram fasa untuk
sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan
tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa minimum =
1), maka diagram fasa ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa
suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram terner. Tiap sudut segitiga
tersebut menggambarkan suatu komponen murni. Prinsip penggambaran komposisi
dalam diagram terner dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
![]() ![]() ![]() |
Fraksi
mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan XA + XB
+ Xc = 1.
Titik
pada sisi AB : campuran biner A dan
B
BC : campuran
biner B dan C
AC : campuran biner A dan C
Diagram fase yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi menjamin
dipenuhinya sifat ini secara otomatis sebab jumlah jarak ke sebuah titik
didalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan sisi-sisinya sama dengan
panjang sisi segitiga itu yang dapat diambil sebagai satuan panjang.
Sistem 3
komponen sebenarnya banyak memungkinkan yakni pada percobaan ini digunakan
sistem 3 komponen yang terdiri atas zat cair yang sebagian tercampur.
Sistem
3 zat cair yang sebagian dibagi menjadi :
Tipe
1 : Pembentukan sepasang zat cair bercampur sebagian
Tipe
2 : Pembentukan 2 pasang zat cair bercampur sebagian
Tipe
3 : Pembentukan 3 pasang zat cair bercampur sebagian
Dalam
percobaan yang dilakukan menggunakan tipe 1.
Tipe
1 : Pembentukan sepasang zat cair yang bercampur sebagian.
![]() |
Penambahan
A pada campuran B dan C akan memperbesar daya larut keduanya. C adalah susunan
keseluruhan antara B dan C. Pada penambahan A, susunan keseluruhan bergerak
sepanjang CA. Susunan masing-masing lapisan dinyatakan dengan garis
kesetimbangan
dan seterusnya.

Pada
titik b4 kedua lapisan hilang dan terbentuk lapisan tunggal.
Hilangnya kedua lapisan tidak bersama-sama.
Kedua
lapisan dapat menjadi identik hanya pada satu susunan yaitu d, titik D disebut
titik isotermal kritis atau plait point.
Semua
campuran yang terdapat di daerah a D b selalu terbagi kedalam dua
lapisan. Grafik, a D b disebut kurva binodal. Hanya plait point
tidak berimpit dengan maksimal grafik binodal.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Rabu, 07 Mei 2014
Waktu : 08.00 WIB – selesai
Tempat : Laboratorium STTIF Bogor
B. Alat dan Bahan
1. Bahan
·
Asam asetat
·
Kloroform
·
Aquadest
|
2. Alat
·
Pipet tetes
·
Pipet volum
·
Erlenmeyer
·
Bulp
·
Gelas ukur
·
Buret
·
Statif
|
C.
Cara
Kerja
1. Dalam
labu erlenmeyer yang bersih, kering dan terutup, diuat 9 macam campuran A dan C
yang saling larut sempurna dengan komposisi sebagai berikut:
Labu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
CH3COOH
(A)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
CCl4
(B)
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Aquadest
(C)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Semua pengukuran volume
dilakukan dengan buret!
2. Titrasi
tiap campuran dalam labu 1 sampai 9 dengan zat B sampai tepat timbul kekeruhan,
dan dicatat jumlah zat B yang digunakan. Dilakukan titrasi dengan
perlahan-lahan.
3. Ditentukan
rapat masing-masing cairan murni A, B dan C.
4. Dicatat
temperatur ruangan sebelum dan sesudah percobaan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Percobaan
1.
Tabel
Hasi Percobaan
Labu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
CH3COOH
|
1
ml
|
2
ml
|
3
ml
|
4
ml
|
5
ml
|
6
ml
|
7
ml
|
8
ml
|
9
ml
|
CCl4
|
9
ml
|
8
ml
|
7
ml
|
6
ml
|
5
ml
|
4
ml
|
3
ml
|
2
ml
|
1
ml
|
Aquadest
|
0,5
ml
|
0,7
ml
|
0,9
ml
|
0,95
ml
|
1
ml
|
2,2
ml
|
4,2
ml
|
6,6
ml
|
7,2
ml
|
2.
Perhitungan
Diketahui
:












Ditanya: ni =.......?
Xi = .......?
Xi = .......?
Diagram terner = .......?
Kurva Binodal = ........?
Jawab:
Rumus
umum yang digunakan untuk perhitungan, sebagai berikut :
ni
=
; Xi


Labu
1



Fraksi
Mol :




![]() |
Labu 2



FraksiMol
:



Kurvanya
:
![]() |
Labu 3



FraksiMol
:



![]() |
Kurvanya
:
![]() |
Labu 4



FraksiMol
:




![]() |
Labu 5




FraksiMol
:




![]() |
Labu 6



FraksiMol
:




![]() |
Labu 7



FraksiMol
:




![]() |
Labu 8



FraksiMol
:


`


![]() |
Labu 9



FraksiMol
:




![]() |
KURVA BINODAL
![]() |
Diagram untuk semua
data (labu 1 – labu 9)
B.
Pembahasan
Pada
percobaan ini dilakukan percobaan mengenai diagram terner sistem zat cair tiga
komponen dengan metode titrasi. Percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva
kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam campuran dua cairan tertentu.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran dengan
ekstraksi yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut dengan
sempurna. Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut
dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen
(solute) dalam campuran tersebut. Cairan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah air (aquadest)- CCl4- asam asetat. Metode titrasi ini dapat
digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling
melarut sempurna yaitu air dan asam asetat dititrasi dengan zat yang tidak
larut dengan campuran tersebut yaitu CCl4. Selain itu juga digunakan
CCl4 dan asam asetat yang saling melarut yang kemudian dititrasi
dengan zat yang tidak larut dengan campuran tersebut yaitu air aquadest.
Dari hasil
perhitungan tersebut dapat dibuat diagram fasa sistem untuk masing –
masing percobaan yang digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga
sama sisi yang disebut diagram terner. Tiap sudut segitiga itu menggambarkan
suatu komponen murni. Titik menyatakan campuran terner dengan komposisi x% mol
A, y% mol B dan z% mol C. Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen
bergantung pada daya saing larut antar zat cair tersebut.
Berdasarkan
percobaan pertama yang telah dilakukan terlihat bahwa semakin banyak asam
asetat yang digunakan dan volume kloroform yang digunakan semakin banyak maka
volume air yang digunakan semakin sedikit untuk memisahkan larutan
tersebut. Sedangkan pada percobaan kedua bahwa semakin banyak asam asetat yang
digunakan dan volume air yang diperlukan semakin banyak dan CCl4
yang digunakan semakin sedikit. Larutan yang mengandung dua komponen yang
saling larut sempurna akan membentuk daerah berfase tunggal, sedangkan untuk
komponen yang tidak saling larut sempurna akan membentuk daerah fase dua.
Semakin kecil perbandingan volume asam asetat maka konsentrasinya makin kecil.
Pereaksi
yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna.
Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan
sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen
(solute) dalam campuran tersebut. Cairan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah air (aquadest)- CCl4- asam asetat. Metode titrasi ini dapat
digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling
melarut sempurna yaitu air dan asam asetat dititrasi dengan zat yang tidak larut
dengan campuran tersebut yaitu CCl4. Selain itu juga digunakan CCl4
dan asam asetat yang saling melarut yang kemudian dititrasi dengan zat yang
tidak larut dengan campuran tersebut yaitu air aquadest.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Semakin
banyak asam asetat yang digunakan dan volume kloroform yang digunakan semakin
banyak maka volume air yang digunakan semakin sedikit untuk memisahkan
larutan tersebut.
2. Semakin
banyak asam asetat yang digunakan dan volume air yang diperlukan semakin banyak
dan CCl4 yang digunakan semakin sedikit.
B.
Saran
Sarana dan prasarana di
laboratorium harus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wow. cool post. I’d like to write like this too – taking time and real hard work to make a great article… but I put things off too much and never seem to get started. Thanks though.
BalasHapusHomeworklance.com