Sabtu, 20 Desember 2014

REAKSI PENEGENDAPAN (ARGENTOMETRI)



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi  jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.

B.       Tujuan Percobaan
1.    Mengetahui beberapa metoda titrasi pengendapan
2.     Menentukan kadar halida secara titrasi argentomeri
3.    Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara Mohr, Fajans dan Volhard









BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990).
Titrasi pegedapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag+ dan anion-anion X- yaitu : halide, tiosianat dan sianida. Cara-cara ini dimana AgNO3 dipergunakan sebagai larutan standar dinamakan argentometri.
Ag+ + X- AgX(p)
Suatu reaksi pengendapan berlagsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempuyai kelarutan yang cukup kecil. Didekat titik ekivalennya aka terjadi perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Untuk menentukan berakhirya suatu reaksi pengendapan dipergunakan suatu indicator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi dipergunakan degan berhasil baik untuk titrasi pegendapan ini. Cara mohr menggunaka ion kromat untuk mengendapkan Fe3+ untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat dan cara fajans menggunakan indikator adsorbsi.

B.       Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Agdapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992).
Maka Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :

1.    Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)

2.    Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990).

3.    Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
                     HFI    H+  +  FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda. Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990).


C.      Uraian Bahan
HNO3 (Asam Nitrat)
Asam Nitrat, yang dikenal juga dengan Aqua Fortis merupakan Zat yang Sangat Korosif dan merupakan Asam Yang sangat Beracun.
Potensi Bahaya :
Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya dapat menyebabkan kematian

AgNO3 (Silver Nitrate)
Identifikasi Bahaya Beracun, berbahaya, korosif. menyebabkan luka bakar pada setiap jaringan tubuh. bisa fatal jika tertelan. berbahaya jika dihirup. oksidator kuat. dapat menyebabkan kebakaran apabila kontak dengan bahan lain.
Data rangking bahaya, meliputi :
Kesehatan                        : 3 (keracunan hebat)
Mudah terbakar    : 0 - Tidak ada
Reaktivitas           : 3 - parah (oksidator)
Kontak                 : 3 – parah (Korosif)
Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Potensi Bahaya : Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menyebabkan hal yang sama.

Kalium Kromat
K2CrO4, dan kalium dikromat, K2Cr2O7 
Kalium kromat merupakan zat padat berwarna yang menghasilkan 
larutan kuning dalam air, yang dengan adanya asam mineral encer 
berubah menjadi dikromat yang berwarna jingga dalam air. Sebaliknya 
dikromat dalam larutan basa akan menjadi kromat kembali. Sedangkan 
dalam larutan asam kuat dikromat direduksi menjadi kromium Cr(III) 
yang berwarna hijau. Reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut: 
2CrO4^2- + 2H^+ èCr2O7^2- + H2O 
Cr2O7^2- + 2OH^- è 2CrO4^2- + 
Cr2O7^2- + 14H^+ 6e è 2Cr3^+ + 7H2



D.      Penentuan Titik Akhir Reaksi Pengendapan
1.     Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)

2.    Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut
Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+  +  SCN-    AgSCN
Fe3+  + SCN-   [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+  +  Cl-    AgCl
Ag+  +  SCN-    AgSCN

3.    Penggunaan indikator adsorpsi
Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan indikator adsorpsi.
Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya. Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett, 1994)

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIZXsunL9yVK1CVuXt6vj4ko0_jSlw5A5Nr0N-NcLUDzDUL6BoQbD8DleBUCwBuEC_jgk8o6N9yOtv8Nns4A2HcgeJ3phikH-JRGKrClz6rJB3Us_bQ5U4OkWmKM3QGb2PuHoWKw49spIx/s1600/Deret+Flouresein.png


 



1 komentar: